Oleh: Muhammad Akmaluddin
Kajian atas otentikasi hadis, baik terkait dengan kajian eksternal (isnad) ataupun internal (matn) tidak lepas dari dua tujuan yang berbeda. Pada satu sisi, ada tujuan untuk membuktikan bahwa hadis adalah otentik dan berasal dari Rasulullah. Sumber-sumber tentang Rasulullah seperti kitab hadis, sirah dan tarikh memiliki nilai historis dan dapat dibuktikan keasliannya.
Di sisi yang lain, ada yang berusaha meyakinkan bahwa hadis adalah
buatan orang-orang setelahnya. Sumber-sumber tentang Rasulullah dianggap tidak
berasal dari masa Rasulullah dan merupakan imajinasi atau penafsiran
orang-orang setelahnya yang tidak dapat diverifikasi secara empiris. Dua tujuan
tersebut kemudian menjadi dua aliran besar yang saling bertolak belakang dalam
kajian hadis.
Pertama adalah aliran tradisionalis atau positivis yang memberikan beberapa nilai historis bagi sumber-sumber tradisional tentang kehidupan Rasulullah (hadis, sirah, kritik rawi dan lainnya) sebagai fakta (di mana mereka tidak terlalu banyak mempermasalahkan) bahwa sumber tersebut mengalami perubahan-perubahan dalam proses periwayatan atau transmisi.
Mereka memandang berbagai skema dan peristiwa-peristiwa
biografi tradisional Rasulullah sebagai hal yang akurat dalam kajian historis.
Tokoh dalam aliran ini yang biasa disebut antara lain Fuat Sezgin, William
Montgomery Watt, Nabia Abbott dan M. Mustafa Azami.
Jika ahli hadis klasik hanya sekedar meriwayatkan dan menggunakan sumber yang telah ada sebelumnya tanpa ada kreativitas metodologis, aliran tradisionalis melakukan kritik dan beberapa tawaran yang konstruktif. Hal ini mereka lakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih rasional dan lebih difahami oleh saingannya.
Mereka membangun dan mengembangkan kajian terkait
dengan sumber sejarah lisan, sejarah peralihan antara lisan dan tulisan dan
sejarah tulisan atau bahkan mengubah konsep yang ditawarkan oleh lawannya.
Usaha yang mereka lakukan adalah untuk membuktikan bahwa sumber tradisional
memang benar berasal dari waktu tersebut, bukan sekedar imajinasi atau
penafsiran yang spekulatif.
Kedua adalah aliran revisionis atau skeptis yang mempertahankan bahwa sumber-sumber tradisional tentang Islam hampir semuanya secara eksklusif merefleksikan opini dan urusan generasi selanjutnya (later generation). Mereka mengesampingkan biografi tradisional Rasulullah yang sebagian besar, bahkan semuanya, sebagai hal yang fiktif. Tokohnya misalnya John Wansbrough, Patricia Crone dan Michael Cook.
Generasi setelah mereka dianggap sebagai skeptisisme baru, yang berhubungan
dengan paradigma ilmiah yang menggantikan kritik tradisi sebelumnya, yang
diasosiasikan kepada Ignaz Goldziher dan pengikutnya. Tokoh dari aliran ini
adalah Suliman Bashear, Francis Edward Peters, Norman Calder, Judith Koren dan
Yehuda Nevo, Gerald R. Hawting, Ibn Warraq, Wim Raven dan Herbert Berg.
Aliran revisionis tertarik dalam beberapa aspek seperti pertimbangan metodologis, analisis statistik dan karya filologis. Mereka juga melakukan berbagai penelitian empiris melalui berbagai aspek arkeologis seperti kajian mata uang (numismatic), prasasti atau inskripsi (epigraph) dan pembuktian eksternal dari sumber-sumber non-Islam atau laporan historis dari non-Muslim.
Postulat dan metode yang digunakan revisionis tidak jauh dari
aspek-aspek tersebut. Walaupun pada awalnya pemikiran revisionis mendapatkan
panggung yang besar dan menarik para pengkaji hadis, namun di dalamnya banyak
terdapat anomali dan krisis. Banyak fenomena baru yang membutuhkan penjelasan
dan menolak argumentasi aliran skeptis ini.
Aliran tradisionalis sebenarnya juga mengkaji beberapa aspek yang sama. Di samping mempertahankan tesis bahwa hadis adalah otentik dan berasal dari Rasulullah, mereka juga menggunakan pendekatan yang sama, tetapi dengan perspektif yang berbeda.
Kajian arkeologis, pembuktian eksternal dari
sumber-sumber non-Islam atau laporan historis dari non-Muslim dan juga kontra
analisis dari aliran revisionis juga dikembangkan oleh aliran tradisionalis.
Perbedaan tersebut akan dapat dilihat lebih jelas dengan menganalisis
pembuktian empiris dan historis yang digunakan dua aliran tersebut.
Disarikan dari artikel Pembuktian Empiris dan Validasi Alternatif dalam Kajian Hadis Kontemporer