Sejarah Pesimisme di Bulan Safar

Daftar Isi [Tampilkan]
Oleh: Muhammad Akmaluddin



Bulan Safar adalah bulan kedua tahun lunar atau kalender Hijriah, yang datang setelah bulan Muharram. Bulan Safar dinamakan najir di zaman jahiliyah karena unta pada waktu itu banyak meminum air (najara) karena saking panasnya udara. Ibnul A’rabi berkata:

صَبَحْناهُمُ كأْساً مِنَ الموتِ مُرَّةً … بناجِرَ، حَتَّى اشتَدّ حَرُّ الودائِقِ

“Kami menjadikan mereka gelas kematian yang pahit, dengan panas hingga tengah hari sangat panas.”

Selain Safar, bulan Rajab juga disebut sebagai najir. Di zaman itu, bulan Safar juga disebut sebagai bulan tasya’um atau pesimisme, karena jiwa orang yang meninggal melayang di atas kuburan orang yang meninggal dan berkata kepada keluarganya: “balaskan dendam saya.” 

Bulan ini juga dinamakan Safar karena orang Makkah melakukan ishfar, yaitu mengosongkan Makkah ketika mereka pergi di bulan tersebut. Juga dinamakan itu karena kabilah Arab berperang, dan mereka meninggalkan barangnya bagi orang yang ditemuinya. Artinya mereka meninggalkan barang-barangnya, sehingga dia tidak memiliki barang-barang lagi. 

Bulan Safar juga merupakan bulan dimana orang Arab zaman jahiliyah mengakhirkan dan memajukan bulan. Mereka menjadikan bukan Safar sebagai ganti Muharram, yang kemudian menjadi nasi’ (mengubah urutan bulan) sebagaimana firman Allah dalam surat al-Taubah ayat 37:

إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ ۖ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِّيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ ۚ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. 

Mereka memainkan bulan dan urutannya untuk kepentingan mereka sendiri. Di samping itu, ada juga hadis tentang bulan Safar dan pesimisme orang-orang Arab tentangnya. Kemudian Rasulullah menyangkal tuduhan orang-orang jahiliah sebagaimana sabdanya:

لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ‌ولا ‌صفر

“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyaroh (mengkaitkan nasib buruk dengan apa yang dilihat atau didengar), tidak ada burung yang menunjukkan akan ada anggota keluarga yang mati, dan tidak ada kesialan di bulan Safar.” 

Yang dimaksud dengan Safar adalah bulan Safar, dan orang-orang Arab bersikap pesimis terhadapnya, terutama dalam perkawinan. Dikatakan bahwa bulan Safar adalah penyakit perut yang menyerang unta dan ditularkan dari satu unta ke unta lainnya. Al-Qadli ‘Iyadl mengatakan bahwa shafar adalah hewan kecil di dalam perut seseorang, yang bisa mengganggu atau bahkan membunuh ketika sedang lapar. Orang Arab melihat shafar lebih berbahaya dari kudis (jarab). Kemudian Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa tidak ada hal buruk di dalamnya, dan itu seperti waktu lain di mana kebaikan sudah ditakdirkan dan kejahatan sudah ditakdirkan. 

Bulan Safar bukanlah bulan sial, karena banyak peristiwa penting terjadi dalam sejarah Islam, termasuk Pertempuran al-Abwa’, yang merupakan invasi pertama yang dilakukan Rasulullah. Begitu juga dengan penaklukan Khaybar, dan di dalamnya Khalid bin al-Walid dan ‘Amr bin al-Ash memeluk Islam, dan di dalamnya Rasulullah menikahi Khadijah, yang menafikan pesisime Arab dalam menikah di bulan Safar.


Baca juga:
Labels : #Opini ,#Sejarah ,
Menunggu informasi...

Posting Komentar