Penghimpunan dan kodifikasi hadis dalam Islam telah menjadi
landasan utama dalam pemahaman ajaran Islam. Para sahabat Nabi Muhammad SAW
memainkan peran krusial dalam pengumpulan hadis, secara langsung
mendokumentasikan ajaran yang mereka terima dari Nabi. Mereka, seperti Abu
Hurairah, Aisyah, dan Anas bin Malik, adalah para perawi awal yang mengawalinya
(Kusnandar, 2020). Namun, perlu dicatat bahwa meskipun banyak hadis yang
dikumpulkan oleh para sahabat, tidak semuanya mencapai tingkat kepastian yang
sama. Seiring berjalannya waktu, terjadi pertumbuhan jumlah hadis, dan kriteria
untuk memastikan keaslian dan kebenaran hadis pun semakin penting.
Proses kodifikasi hadis dilakukan oleh para imam, yang menyusun
hadis-hadis sahih dalam kitab-kitab hadis utama mereka. Kitab-kitab seperti Sahih
al-Bukhari dan Sahih Muslim" menjadi tonggak penting dalam
upaya memelihara kesucian ajaran Nabi (Safri, 2013). Pengumpulan dan penyusunan
hadis ini berperan penting dalam memberikan pedoman bagi umat Islam dalam
menjalani kehidupan mereka, termasuk dalam hal hukum, moralitas, dan tata cara
ibadah.
Namun, meskipun proses pengumpulan hadis dan penyusunan kitab-kitab
hadis telah melalui metode yang sangat ketat, kritik terhadap validitas hadis
tetap ada. Kritik matan hadis berkembang seiring dengan waktu dan menjadi
bagian penting dalam memeriksa keaslian hadis. Pengkaji hadis seperti Muhsin
(2017) menyoroti kelemahan dalam proses pengumpulan yang bisa melibatkan
subjektivitas dalam pemilihan hadis dan interpretasi yang tidak tepat. Kritik
ini penting untuk memastikan validitas dan akurasi hadis yang digunakan dalam
praktik keagamaan.
Selain itu, pertentangan antar hadis (mukhtalif al-hadits)
juga menjadi fokus dalam kritik hadis. Metode-metode dalam menyelesaikan
perbedaan antar hadis menjadi penting, seperti metode al-jam’u
(penyatuan), al-naskh (pembatalan), al-tarjih (penegasan), dan al-tawaqquf
(penundaan penilaian) (Assaaf & Febriyanti, 2023). Penelitian-penelitian
semacam ini bertujuan untuk menyelesaikan pertentangan antara hadis-hadis yang
bertentangan atau tidak sejalan.
Dalam konteks kritis saat ini, penelitian hadis semakin menekankan
pendekatan kontekstual dalam memahami hadis. Kusnandar (2020) menyoroti
perlunya mempertimbangkan situasi historis dan tujuan dari sebuah hadis untuk
memahami maknanya secara komprehensif. Pendekatan ini menjadi relevan dalam
menafsirkan hadis-hadis yang mungkin memiliki konteks yang berbeda.
Terkait dengan hal ini, penelitian sejarah hadis menjadi lebih
menarik. Kritik kontekstual terhadap periwayatan hadis, baik dalam hal riwayat
maupun sanad, membuka ruang baru dalam penelitian hadis. Menerapkan
metode-metode kritik tekstual dan kontekstual, peneliti seperti Wasman,
Mesraini, & Suwendi (2023) berusaha memahami bagaimana dan mengapa
hadis-hadis tertentu dipertahankan atau bahkan dihapus dari rekaman sejarah.
Keberadaan hadis dalam kehidupan Muslim tidak hanya sebagai sumber
ajaran, tetapi juga mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari. Hadis
menjadi pedoman dalam beribadah, berperilaku, dan menjalani kehidupan
sehari-hari (Al-Idlibi, 2010). Hadis juga mempengaruhi aspek hukum dan norma
sosial dalam masyarakat Muslim, menunjukkan betapa relevannya ajaran hadis
dalam membentuk perilaku dan kehidupan umat Islam secara keseluruhan.
Kritik terhadap hadis yang muncul dalam konteks modern juga menarik
perhatian. Beberapa pemikir Islam kontemporer, seperti Yusuf al-Qaradlawi,
menekankan metode-metode baru dalam memahami hadis. Beliau mencoba mengkaji
hadis dengan pendekatan yang lebih komprehensif dan kontekstual, yang
mempertimbangkan aspek-aspek historis, budaya, dan sosial dalam interpretasi
hadis (Muhsin, 2017).
Penghimpunan dan kodifikasi hadis dalam Islam merupakan fondasi
utama dalam menjaga kebenaran dan relevansi ajaran Islam. Dengan pendekatan
kritis, kontekstual, dan sejarah, studi hadis terus berkembang untuk memastikan
pemahaman yang lebih mendalam serta kemanfaatan hadis dalam kehidupan umat
Islam.
Pentingnya memahami metode dan kriteria pengumpulan hadis adalah
langkah awal yang vital dalam memahami validitas ajaran Islam. Dalam bukunya
yang monumental, Introduction to Hadith (Brown, 2017), Jonathan A.C.
Brown menjelaskan bagaimana kriteria kredibilitas hadis dipahami dan diterapkan
oleh para ulama. Hal ini memperluas pemahaman kita tentang betapa ketatnya
proses seleksi hadis untuk memastikan kebenaran dan keaslian ajaran Nabi.
Selanjutnya, peran sejarah hadis dalam menggambarkan konteks
sosial, politik, dan budaya pada masa pengumpulan hadis juga penting untuk
dipahami. Studi seperti Hadith: Origins and Developments (Madelung,
1997) oleh Wilfred Madelung menggambarkan pentingnya konteks historis dalam
memahami keaslian hadis dan proses pengumpulannya. Menyertakan perspektif
sejarah ini dapat menambah kedalaman pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pengumpulan hadis pada masa itu.
Sudut pandang kontemporer tentang pentingnya hadis dalam dunia
modern. Dalam artikel "Challenges to Hadith" (Babar, 2021), Babar
Khan memaparkan tantangan-tantangan dalam menjaga relevansi hadis dalam era
informasi yang modern. Penekanan pada pentingnya memahami hadis secara
kontekstual dalam menghadapi realitas sosial dan teknologi saat ini akan
memberikan pandangan yang lebih relevan bagi umat Islam masa kini.
Melalui penggabungan berbagai pandangan dari sumber-sumber yang berbeda, seperti karya-karya yang telah disebutkan sebelumnya, serta tambahan materi dari sumber-sumber yang relevan, kita dapat menyajikan esai yang lebih komprehensif tentang penghimpunan dan kodifikasi hadis dalam Islam. Hal ini memperkaya diskusi tentang bagaimana hadis menjadi pilar kebenaran dan kehidupan umat Muslim, sekaligus menunjukkan relevansinya dalam konteks modern.
Daftar Pustaka
Kusnandar, Engkus. (2020). “Studi Kritik Matan Hadis (Naqd
al-Matn): Kajian Sejarah dan Metodologi.” Jurnal Studi Hadis Nusantara Vol.2
No.1 (Juni).
Safri, Edi. (2013). Al-Imam al-Syafi’iy: Metode Penyelesaian
Hadis-Hadis Mukhtalif. Cet.1. Padang: Hayfa Press.
Muhsin, Masrukhin. (2017). Studi Kritik Matan Hadis. Cet.1. Serang:
A-Empat.
Wasman, Mesraini, & Suwendi. (2023). “A Critical Approach To Prophetic
Tradition: Contextual Criticism in Understanding Hadith.” Al-Jami’ah: Journal
of Islamic Studies Vol.61 No.1.
Al-Idlibi, Shalahuddin ibn Ahmad. (2010). Manhaj Naqd al-Matn 'inda
al-Ulama al-Hadis al-Nabawi. Diterjemahkan oleh Ita Qon.
Brown, Jonathan A.C. (2017). Introduction to Hadith.
Madelung, Wilfred. (1997). Hadith: Origins and Developments.
Babar Khan. (2021). "Challenges to Hadith." Journal of
Islamic Studies