1. Al-Imam al-Bajuri
Bagi para santri yang belajar fikih, pasti
tidak asing dengan nama imam al-Bajuri, seorang syaikh Universitas al-Azhar dan
ulama Syafi’iyyah. Beliau merupakan muallif Hasyiyah al-Bajuri, yang merupakan
komentar atas syarah kitab al-Iqna’ ‘ala Syarh Matn Abi Syuja’. Menurut Muhammad
‘Awwamah, kitab Hasyiyah al-Bajuri menjadi kitab yang masyhur yang
dikarang oleh muta’akhkhirin, menjadi pedoman fatwa, memberikan ibarat yang
mudah dan faedah yang banyak sekali. Di samping kitab Hasyiyah al-Bajuri, al-Bajuri
juga menulis syarah kitab al-Syama’il al-Muhammadiyyah karya al-Tirmidzi
yang berjudul al-Mawahib al-Ladunniyyah ‘ala al-Syama’il al-Muhammadiyyah.
Sebagaimana kitab Hasyiyah al-Bajuri, kitab al-Mawahib al-Ladunniyyah
juga memuat penjelasan dan rangkaian kalimat yang mudah difahami dan
menjelaskan berbagai aspek kalimat yang disyarahi. Kitab al-Mawahib
al-Ladunniyyah ditulis karena permintaan sebagian muridnya (fasa’alani ba’dl
al-ikhwan) untuk mensyarahi kitab kitab al-Syama’il al-Muhammadiyyah karya
al-Tirmidzi.
2. Al-Imam al-Tirmidzi Menurut al-Bajuri
Nama imam al-Tirmidzi tidak asing bagi kalangan
santri yang belajar hadis. Kitabnya adalah salah satu kitab hadis yang diberi
judul Jami’ selain kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Penyebutan
Sunan bagi kitab yang ditulis al-Tirmidzi kurang begitu tepat karena isinya
tidak hanya tentang penjelasan fikih, tapi juga memuat berbagai penjelasan tauhid,
pengobatan, tafsir, fadhilah serta qiraat Alquran, sirah Nabi dan lainnya. Penjelasan
tentang nama asli Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim dan Jami’
al-Tirmidzi sudah dibahas panjang lebar oleh ‘Abd al-Fattah Abu Ghuddah
berdasarkan manuskrip dan materi yang ada di dalamnya.
Nama al-Tirmidzi bisa dibaca dengan tiga bacaan
menurut al-Bajuri dalam al-Mawahib al-Ladunniyyah.
a. al-Tirmidzi
Kalimat ini dengan ta’ dan mim yang dibaca
kasrah. Bacaan ini adalah bacaan yang masyhur bagi para ahli hadis maupun selain
ahli hadis.
b. al-Turmudzi
Kalimat ini dengan ta’ dan mim yang dibaca dlammah.
Menurut al-Bajuri, bacaan kedua ini banyak digunakan oleh para ahli makrifat
dan tasawuf. Beliau tidak memberi penjelasan siapa dan mengapa kalimat ini dibaca
al-Turmudzi oleh para ahli makrifat dan tasawuf. Bisa jadi para ahli makrifat
dan tasawuf membaca versi kedua ini disebabkan juga oleh al-Hakim al-Tirmidzi,
muallif Nawadir al-Ushul fi Ahadits al-Rasul, yang merupakan ahli hadis
sekaligus tasawuf. Nawadir al-Ushul merupakan kitab hadis dengan genre
tasawuf, yang berisi hadis (al-ashlu) berjumlah 291 buah.
c. al-Tarmidzi
Kalimat ini dengan ta’ yang dibaca fathah dan
mim yang dibaca kasrah.
d. Kota Termez
Kota kelahiran al-Tirmidzi ini dilansir dari Wikipedia bernam Termez (Uzbek:
Termiz/Термиз; Persia: ترمذ, Tirmiz; Arab: ترمذ
Tirmidh; Rusia: Термез; Yunani Kuno: Tàrmita, Thàrmis, Θέρμις), yang merupakan ibu
kota Wilayah Surxondaryo di Uzbekistan selatan. Daerah ini terletak di Transoxiana
atau daerah mā wara’a al-Nahr, wilayah kuno yang terletak di Asia
Tengah, antara Sungai Amu Darya (Oxus) dan Sungai Syr Darya. Beberapa orang
mengaitkan nama kota tersebut dengan kata Yunani Θέρμος (termos), yang
berarti “panas”, dan toponimnya berasal dari masa pemerintahan Alexander Agung.
Yang lain berpendapat bahwa itu berasal dari bahasa Sansekerta तर्मतो (tarmato), yang berarti “di tepi sungai”.
3. Abu ‘Isa Menurut al-Bajuri
Al-Tirmidzi yang mempunyai kunyah Abu ‘Isa terdengar
asing. Artinya berarti al-Tirmidzi adalah bapaknya ‘Isa. Bagi yang tidak tahu,
sangat aneh jika terlintas bahwa Nabi ‘Isa mempunyai ayah. Menurut al-Bajuri,
ada kemakruhan menamakan seseorang dengan nama Abu ‘Isa karena larangan
Rasulullah, yang mengatakan bahwa Nabi ‘Isa tidak mempunyai ayah. Menurut al-Bajuri,
larangan Rasulullah ini jika memang seseorang dinamakan Abu ‘Isa sejak lahir. Jika
misalnya tidak sejak lahir, dan sudah masyhur dengan kunyah Abu ‘Isa seperti
al-Tirmidzi, maka tidak masalah. Al-Bajuri menukil dari ‘Ali al-Qari dalam Syarh
Syir’ah al-Islam bahwa para ulama sepakat untuk menyebut Abu ‘Isa kepada
al-Tirmidzi untuk membedakan dengan al-Tirmidzi yang lain.
Setidaknya ada tiga muallif kitab yang mempunyai nama al-Tirmidzi, yang akan disebutkan secara berurutan masa hidupnya. Pertama adalah al-Tirmidzi muallif Jami’ al-Tirmidzi. Kedua Abu Ja’far al-Tirmidzi yang menulis tentang tafsir Alqur’an. Ketiga Abu ‘Abd Allah al-Hakim al-Tirmidzi, muallif Nawadir al-Ushul fi Ahadits al-Rasul. Dengan demikian, pemberian kunyah Abu ‘Isa memang untuk membedakan antara tiga orang yang mempunyai nisbat daerah yang sama.
4. Jami’ Menurut al-Bajuri
Jami’ al-Tirmidzi adalah salah satu kitab yang banyak disyarahi setelah Muwaththa’, Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Menurut al-Bajuri, imam al-Bukhari meriwayatkan satu hadis di luar Shahih al-Bukhari dari al-Tirmidzi. Kitab Jami’ al-Tirmidzi memuat berbagai permasalahan fikih dan mazhab salaf serta khalaf. Kitab ini cukup digunakan oleh mujtahid serta tidak boleh ditinggalkan oleh muqallid.
Mengutip dari al-Tirmidzi, al-Bajuri mengatakan bahwa siapapun yang mempunyai Jami’ al-Tirmidzi di rumahnya, maka seakan-akan di dalamnya ada Rasulullah yang sedang bersabda. Perumpamaan ini tidak aneh mengingat banyaknya hadis yang ada dalam Jami’ al-Tirmidzi. Tidak hanya kitab Jami’ al-Tirmidzi saja sebenarnya yang bisa mengikuti tamsil ini. Kitab lain seperti Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim atau kitab hadis lainnya pun juga bisa. Namun mungkin yang dimaksud dalam tamsil ini adalah jika kitab itu dibaca, dikaji dan diamalkan, tidak hanya sekedar jadi koleksi dan pajangan.