Al-Tirmidzi, Abu ‘Isa dan Jami’ Menurut al-Bajuri

Daftar Isi [Tampilkan]
Oleh: Muhammad Akmaluddin



1. Al-Imam al-Bajuri

Bagi para santri yang belajar fikih, pasti tidak asing dengan nama imam al-Bajuri, seorang syaikh Universitas al-Azhar dan ulama Syafi’iyyah. Beliau merupakan muallif Hasyiyah al-Bajuri, yang merupakan komentar atas syarah kitab al-Iqna’ ‘ala Syarh Matn Abi Syuja’. Menurut Muhammad ‘Awwamah, kitab Hasyiyah al-Bajuri menjadi kitab yang masyhur yang dikarang oleh muta’akhkhirin, menjadi pedoman fatwa, memberikan ibarat yang mudah dan faedah yang banyak sekali. Di samping kitab Hasyiyah al-Bajuri, al-Bajuri juga menulis syarah kitab al-Syama’il al-Muhammadiyyah karya al-Tirmidzi yang berjudul al-Mawahib al-Ladunniyyah ‘ala al-Syama’il al-Muhammadiyyah. Sebagaimana kitab Hasyiyah al-Bajuri, kitab al-Mawahib al-Ladunniyyah juga memuat penjelasan dan rangkaian kalimat yang mudah difahami dan menjelaskan berbagai aspek kalimat yang disyarahi. Kitab al-Mawahib al-Ladunniyyah ditulis karena permintaan sebagian muridnya (fasa’alani ba’dl al-ikhwan) untuk mensyarahi kitab kitab al-Syama’il al-Muhammadiyyah karya al-Tirmidzi.

2. Al-Imam al-Tirmidzi Menurut al-Bajuri

Nama imam al-Tirmidzi tidak asing bagi kalangan santri yang belajar hadis. Kitabnya adalah salah satu kitab hadis yang diberi judul Jami’ selain kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Penyebutan Sunan bagi kitab yang ditulis al-Tirmidzi kurang begitu tepat karena isinya tidak hanya tentang penjelasan fikih, tapi juga memuat berbagai penjelasan tauhid, pengobatan, tafsir, fadhilah serta qiraat Alquran, sirah Nabi dan lainnya. Penjelasan tentang nama asli Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim dan Jami’ al-Tirmidzi sudah dibahas panjang lebar oleh ‘Abd al-Fattah Abu Ghuddah berdasarkan manuskrip dan materi yang ada di dalamnya.

Nama al-Tirmidzi bisa dibaca dengan tiga bacaan menurut al-Bajuri dalam al-Mawahib al-Ladunniyyah.

a. al-Tirmidzi

Kalimat ini dengan ta’ dan mim yang dibaca kasrah. Bacaan ini adalah bacaan yang masyhur bagi para ahli hadis maupun selain ahli hadis.

b. al-Turmudzi

Kalimat ini dengan ta’ dan mim yang dibaca dlammah. Menurut al-Bajuri, bacaan kedua ini banyak digunakan oleh para ahli makrifat dan tasawuf. Beliau tidak memberi penjelasan siapa dan mengapa kalimat ini dibaca al-Turmudzi oleh para ahli makrifat dan tasawuf. Bisa jadi para ahli makrifat dan tasawuf membaca versi kedua ini disebabkan juga oleh al-Hakim al-Tirmidzi, muallif Nawadir al-Ushul fi Ahadits al-Rasul, yang merupakan ahli hadis sekaligus tasawuf. Nawadir al-Ushul merupakan kitab hadis dengan genre tasawuf, yang berisi hadis (al-ashlu) berjumlah 291 buah.

c. al-Tarmidzi

Kalimat ini dengan ta’ yang dibaca fathah dan mim yang dibaca kasrah.

d. Kota Termez

Kota kelahiran al-Tirmidzi ini dilansir dari Wikipedia bernam Termez (Uzbek: Termiz/Термиз; Persia: ترمذ, Tirmiz; Arab: ترمذ Tirmidh; Rusia: Термез; Yunani Kuno: Tàrmita, Thàrmis, Θέρμις), yang merupakan ibu kota Wilayah Surxondaryo di Uzbekistan selatan. Daerah ini terletak di Transoxiana atau daerah mā wara’a al-Nahr, wilayah kuno yang terletak di Asia Tengah, antara Sungai Amu Darya (Oxus) dan Sungai Syr Darya. Beberapa orang mengaitkan nama kota tersebut dengan kata Yunani Θέρμος (termos), yang berarti “panas”, dan toponimnya berasal dari masa pemerintahan Alexander Agung. Yang lain berpendapat bahwa itu berasal dari bahasa Sansekerta तर्मतो (tarmato), yang berarti “di tepi sungai”.

 3. Abu ‘Isa Menurut al-Bajuri

Al-Tirmidzi yang mempunyai kunyah Abu ‘Isa terdengar asing. Artinya berarti al-Tirmidzi adalah bapaknya ‘Isa. Bagi yang tidak tahu, sangat aneh jika terlintas bahwa Nabi ‘Isa mempunyai ayah. Menurut al-Bajuri, ada kemakruhan menamakan seseorang dengan nama Abu ‘Isa karena larangan Rasulullah, yang mengatakan bahwa Nabi ‘Isa tidak mempunyai ayah. Menurut al-Bajuri, larangan Rasulullah ini jika memang seseorang dinamakan Abu ‘Isa sejak lahir. Jika misalnya tidak sejak lahir, dan sudah masyhur dengan kunyah Abu ‘Isa seperti al-Tirmidzi, maka tidak masalah. Al-Bajuri menukil dari ‘Ali al-Qari dalam Syarh Syir’ah al-Islam bahwa para ulama sepakat untuk menyebut Abu ‘Isa kepada al-Tirmidzi untuk membedakan dengan al-Tirmidzi yang lain.

Setidaknya ada tiga muallif kitab yang mempunyai nama al-Tirmidzi, yang akan disebutkan secara berurutan masa hidupnya. Pertama adalah al-Tirmidzi muallif Jami’ al-Tirmidzi. Kedua Abu Ja’far al-Tirmidzi yang menulis tentang tafsir Alqur’an. Ketiga Abu Abd Allah al-Hakim al-Tirmidzi, muallif Nawadir al-Ushul fi Ahadits al-Rasul. Dengan demikian, pemberian kunyah Abu ‘Isa memang untuk membedakan antara tiga orang yang mempunyai nisbat daerah yang sama.

 4. Jami’ Menurut al-Bajuri

Jami’ al-Tirmidzi adalah salah satu kitab yang banyak disyarahi setelah Muwaththa’, Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Menurut al-Bajuri, imam al-Bukhari meriwayatkan satu hadis di luar Shahih al-Bukhari dari al-Tirmidzi. Kitab Jami’ al-Tirmidzi memuat berbagai permasalahan fikih dan mazhab salaf serta khalaf. Kitab ini cukup digunakan oleh mujtahid serta tidak boleh ditinggalkan oleh muqallid.

Mengutip dari al-Tirmidzi, al-Bajuri mengatakan bahwa siapapun yang mempunyai Jami’ al-Tirmidzi di rumahnya, maka seakan-akan di dalamnya ada Rasulullah yang sedang bersabda. Perumpamaan ini tidak aneh mengingat banyaknya hadis yang ada dalam Jami’ al-Tirmidzi. Tidak hanya kitab Jami’ al-Tirmidzi saja sebenarnya yang bisa mengikuti tamsil ini. Kitab lain seperti Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim atau kitab hadis lainnya pun juga bisa. Namun mungkin yang dimaksud dalam tamsil ini adalah jika kitab itu dibaca, dikaji dan diamalkan, tidak hanya sekedar jadi koleksi dan pajangan.

Baca juga:
Labels : #Ilmu Hadis ,#Sejarah ,#Sirah ,#Ulama Hadis ,#Ulasan ,
Menunggu informasi...

Posting Komentar