1. Pujian Shalawat Maulid
Allahumm shalli ‘ala Muhammad, Ya rabbi shalli ‘alaihi wa salim
Gusti kanjeng Nabi lahire ono ing Mekah, dinone Isnen rolas Maulud tahun Gajah
Ingkang ibu asmane siti Aminah, Ingkang rama asmane sayyid Abdullah
Begitu bunyi pujian yang biasa saya dengarkan sewaktu masih kecil. Pujian yang dilakukan setelah adzan itu sebenarnya tidak hanya dilantunkan ketika bulan Rabiulawal saja, tetapi hampir tiap hari. Dengan kebiasaan pujian ini, anak-anak khususnya, akan selalu ingat dan menyadari tanggal dan kelahiran kanjeng Nabi. Namun bila dirasa sudah terlalu sering dibacakan, maka pujian akan diganti dengan bacaan yang lain. Jika dilihat dari materi pujian tersebut, tidak ada masalah dengan shalawat maulid tersebut. Shalawat tersebut tidak menyalahi sejarah yang ada, terlepas dari ikhtilaf apakah memang benar kanjeng Nabi Muhammad lahir pada 12 Rabiulawal. Namun pendapat yang masyhur memang benar beliau lahir di tanggal dan bulan tersebut.
2. Tahun Ababil
Pertanyaan selanjutnya apakah memang kanjeng Nabi lahir pada tahun Fil atau tahun Gajah? Beberapa kali pengajian maulid yang saya ikuti mengatakan bahwa menyebut tahun kelahiran kanjeng Nabi dengan tahun Gajah adalah hal yang tidak patut dilakukan. Pasalnya, gajah adalah kendaraan yang dibawa oleh Abrahah, raja muda Ethiopia untuk Kerajaan Aksum yang memerintah Kerajaan Himyarit di Yaman dan sebagian besar jazirah Arab pada abad ke-6, yang ingin menghancurkan Ka’bah. Dengan melestarikan penyebutan tahun Gajah, maka dianggap sama saja dengan melestarikan ingatan tentang kendaraan yang dibawa Abrahah, yang merupakan simbol ketidakbaikan.
Oleh karena itu, maka baiknya penyebutan tahun Gajah diganti dengan tahun Ababil. Pasalnya, sesuai dengan pelestarian ingatan tersebut, Ababil dianggap simbol kebaikan. Mereka datang atas perintah Allah untuk memusnahkan tentara Abrahah yang ingi menghancurkan Ka’bah. Dengan demikian, penyebutan tahun Ababil untuk tahun kelahiran kanjeng Nabi dianggap lebih tepat. Di samping itu, kelahiran beliau bertepatan dengan kemenangan tentara Ababil dan kekalahan Abrahah, yang merupakan kemenangan murakkab untuk dunia kebaikan pada waktu itu (yaitu kelahiran kanjeng Nabi dan menangnya kebaikan).
3. Nasib Tahun Fil
Lalu bagaimana dengan nasib pujian shalawat maulid di atas, yang sering dilantunkan anak-anak di langgar atau masjid sambil menunggu dikumandangkannya iqamah? Apakah shalawat tersebut harus dirubah, dan tidak boleh lagi dilantunkan dengan alasan melestarikan ingatan tentang pasukan Gajah milik Abrahah daripada tentara Ababil yang diutus Allah? Jawabannya adalah dengan melacak ada tidaknya tahun Gajah di kitab hadis dan sirah, dan juga mungkin di kitab-kitab lain.
Beberapa riwayat hadis seperti dalam riwayat Mushannaf Ibn Abi Syaibah, al-Tirmidzi, Musnad Ahmad, al-Mustadrak, dan al-Mu’jam al-Kabir mengatakan tahun Gajah (‘am al-fil). Dalam kitab-kitab sirah nabawiyah awal, ada beberapa riwayat dan penyebutan yang terkait dengan tahun Gajah. Misalnya di dalam Sirah Ibn Ishaq, ada tiga penyebutan tahun Gajah (‘am al-fil), dalam Sirah Ibn Hisyam ada dua, A’lam karya Ibn Qutaibah ada satu, serta di Sirah Ibn Hibban, Dala’il al-Nubuwwah karya Abu Nu’aim, A’lam al-Nubuwwah karya al-Mawardi ada dua, dan di Dala’il al-Nubuwwah karya al-Baihaqi ada tujuh.
Oleh karena itu, penyebutan tahun Gajah juga sebenarnya sudah lama dilakukan, utamanya di kitab hadis awal dan kitab sirah lima abad pertama. Penyebutan tahun sesuai dengan peristiwa yang ada bukanlah hal baru bagi orang Arab. Oleh karena itu, peristiwa awal yang terkait dengan kelahiran kanjeng Nabi adalah peristiwa tentara Gajah yang menyerang Ka’bah, bukan tentara Ababilnya. Bahkan di Alqur’an pun disebut sebagai surat al-Fil, bukan surat Ababil.
Di samping itu, al-Mubarakfuri dalam syarahnya, Tuhfah al-Ahwadzi, mengatakan bahwa maksud dari ‘am al-fil adalah sanah ihlak ashhabihi atau tahun hancurnya tentara yang membawa gajah yang ingin menghancurkan Ka’bah. Jadi, bukan tahun Gajahnya itu sendiri, tapi tahun menandai hancurnya pasukan Abrahah dan menangnya kebaikan pada waktu itu yang ditandai dengan tidak terjadinya penghancuran Ka’bah.
4. Lalu Apa yang Benar?
Penyebutan kedua tahun tersebut sama-sama benar. Yang setuju dengan penamaan Ababil karena alasan ingatan kebaikan, ingatan akan kemenangan tentara Ababil atas tentara Abrahah. Yang setuju dengan penamaan tahun Gajah karena realitas sejarah dan penyebutan tahun tersebut dalam literatur awal. Pun, Gajah sendiri adalah obyek yang netral. Dia bisa mejadi buruk karena digunakan Abrahah yang dianggap tidak baik, bukan karena keinginannya sendiri. Yang menjadi masalah adalah jika disebut sebagai tahun Abrahah, yang merupakan simbol negatif bagi orang Arab pada waktu itu.