1. Saling Tegur Sapa Ilmu
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
bisa hidup sendiri, mau tidak mau harus berhubungan dengan orang lain. Demikian
juga dengan sebuah disiplin ilmu, ia tidak bisa berjalan sendiri-sendiri tanpa
saling “tegur sapa” dengan ilmu yang lain. Seseorang yang mengkaji Al-Qur’an
dan hadis, harus membaca ilmu-ilmu yang lain juga seperti sosiologi, antropologi,
biologi, kimia, fisika, matematika, ekonomi, filsafat, dan ilmu-ilmu yang lain.
Misalnya seorang penafsir yang menjelaskan ayat tentang faraid, mau tidak mau
harus memahami ilmu matematika. Integrasi-interkoneksi juga terjadi pada keragaman
agama yang dianut oleh umat manusia, ada Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Masing-masing penganut agama harus saling tegur antar sesama supaya
bisa hidup damai, rukun, dan harmonis. Dalam konteks inilah pentingnya moderasi
beragama, lebih-lebih dalam konteks Indonesia yang multiagama.
Moderasi beragama merupakan istilah yang sangat populer di Indonesia, khususnya bagi kalangan pengkaji agama. Menjadi orang moderat merupakan tantangan dalam kehidupan beragama sekarang karena masing-masing kalangan hampir semua memiliki afiliasi tersendiri. Pada masa Nabi Muhammad, praktek moderasi beragama sudah dilakukan oleh beliau dan sahabatnya. Istilah moderasi beragama sangat terkenal di kalangan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, tepatnya dikenalkan oleh Menteri Agama Lukam Hakim Saifuddin (2014-2019).
2. Empat Indikator Moderasi Beragama
Pada dasarnya, ada empat indikator
keberhasilan moderasi beragama. Pertama, komitmen kebangsaan. Setiap
orang yang tinggal di Indonesia harus memiliki komitmen kuat sebagai warga yang
taat kepada aturan negara. Siapapun tidak boleh melakukan pemberontakan yang
sah ataupun mengganti ideologi dasar negara yang telah ditentukan oleh pendiri
negara ini.
Kedua, anti kekerasan. Dalam bentuk apapun, kekerasan tetap
dilarang karena bisa berdampak negatif pada fisik dan psikis seseorang. Dengan
adanya moderasi beragama, tidak boleh ada tindakan yang merusak tempat ibadah
atau mengganggu orang yang sedang menjalankan ajaran agama masing-masing.
Ketiga, sikap toleransi. Saling menghargai dan menghormati
antar pemeluk agama merupakan salah satu kunci hidup damai, aman, dan harmonis
dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia. Bangsa Indonesia sangat
beragam, tetapi memiliki satu tujuan. Itulah semboyan yang adalah di bawah logo
burung Garuda, Bhinneka Tunggal Ika.
Keempat, penerimaan terhadap tradisi lokal. Indonesia merupakan negara yang sangat unik karena memiliki ribuan bahasa daerah, ribuan budaya, ribuan pulau, puluhan ormas keagamaan, dan berbagai macam agama. Masing-masing agama memiliki tradisi sendiri yang tidak boleh dicela atau dirusak oleh penganut agama lain. Tradisi-tradisi yang ada di berbagai daerah Indonesia masih bisa diterima selama tidak mengganggu ketertiban umum atau bertentangan dengan prinsip dasar kemanusiaan.
3. Integrasi-Interkoneksi Moderasi Beragama
Dari penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa integrasi-interkoneksi ilmu bisa diaplikasikan dalam moderasi beragama. Amin Abdullah (dalam buku Islamic Studies di Perguruan Tinggi), membahas hubungan antara agama dan sains serta disiplin-disiplin ilmu yang beragam. Semua harus saling berdialog dalam bentuk integrated entities, bukan single entity (berjalan sendiri tanpa mau saling mengenal, apalagi menyapa), bukan juga isolated entity (saling kenal tetapi tidak mau saling tegur sapa). Harapannya ke depan supaya bangsa Indonesia lebih cerdas dan dewasa dalam beragama, tidak mudah benci kepada penganut agama lain dan selalu cinta damai dimana pun berada.