Ketersalingkaitan antara Integrasi-Interkoneksi Ilmu dengan Moderasi Beragama

Daftar Isi [Tampilkan]
Oleh: Muhammad Anshori



1. Saling Tegur Sapa Ilmu

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, mau tidak mau harus berhubungan dengan orang lain. Demikian juga dengan sebuah disiplin ilmu, ia tidak bisa berjalan sendiri-sendiri tanpa saling “tegur sapa” dengan ilmu yang lain. Seseorang yang mengkaji Al-Qur’an dan hadis, harus membaca ilmu-ilmu yang lain juga seperti sosiologi, antropologi, biologi, kimia, fisika, matematika, ekonomi, filsafat, dan ilmu-ilmu yang lain. Misalnya seorang penafsir yang menjelaskan ayat tentang faraid, mau tidak mau harus memahami ilmu matematika. Integrasi-interkoneksi juga terjadi pada keragaman agama yang dianut oleh umat manusia, ada Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Masing-masing penganut agama harus saling tegur antar sesama supaya bisa hidup damai, rukun, dan harmonis. Dalam konteks inilah pentingnya moderasi beragama, lebih-lebih dalam konteks Indonesia yang multiagama.

Moderasi beragama merupakan istilah yang sangat populer di Indonesia, khususnya bagi kalangan pengkaji agama. Menjadi orang moderat merupakan tantangan dalam kehidupan beragama sekarang karena masing-masing kalangan hampir semua memiliki afiliasi tersendiri. Pada masa Nabi Muhammad, praktek moderasi beragama sudah dilakukan oleh beliau dan sahabatnya. Istilah moderasi beragama sangat terkenal di kalangan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, tepatnya dikenalkan oleh Menteri Agama Lukam Hakim Saifuddin (2014-2019).

2. Empat Indikator Moderasi Beragama

Pada dasarnya, ada empat indikator keberhasilan moderasi beragama. Pertama, komitmen kebangsaan. Setiap orang yang tinggal di Indonesia harus memiliki komitmen kuat sebagai warga yang taat kepada aturan negara. Siapapun tidak boleh melakukan pemberontakan yang sah ataupun mengganti ideologi dasar negara yang telah ditentukan oleh pendiri negara ini.

Kedua, anti kekerasan. Dalam bentuk apapun, kekerasan tetap dilarang karena bisa berdampak negatif pada fisik dan psikis seseorang. Dengan adanya moderasi beragama, tidak boleh ada tindakan yang merusak tempat ibadah atau mengganggu orang yang sedang menjalankan ajaran agama masing-masing.

Ketiga, sikap toleransi. Saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama merupakan salah satu kunci hidup damai, aman, dan harmonis dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia. Bangsa Indonesia sangat beragam, tetapi memiliki satu tujuan. Itulah semboyan yang adalah di bawah logo burung Garuda, Bhinneka Tunggal Ika.

Keempat, penerimaan terhadap tradisi lokal. Indonesia merupakan negara yang sangat unik karena memiliki ribuan bahasa daerah, ribuan budaya, ribuan pulau, puluhan ormas keagamaan, dan berbagai macam agama. Masing-masing agama memiliki tradisi sendiri yang tidak boleh dicela atau dirusak oleh penganut agama lain. Tradisi-tradisi yang ada di berbagai daerah Indonesia masih bisa diterima selama tidak mengganggu ketertiban umum atau bertentangan dengan prinsip dasar kemanusiaan.

3. Integrasi-Interkoneksi Moderasi Beragama

Dari penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa integrasi-interkoneksi ilmu bisa diaplikasikan dalam moderasi beragama. Amin Abdullah (dalam buku Islamic Studies di Perguruan Tinggi), membahas hubungan antara agama dan sains serta disiplin-disiplin ilmu yang beragam. Semua harus saling berdialog dalam bentuk integrated entities, bukan single entity (berjalan sendiri tanpa mau saling mengenal, apalagi menyapa), bukan juga isolated entity (saling kenal tetapi tidak mau saling tegur sapa). Harapannya ke depan supaya bangsa Indonesia lebih cerdas dan dewasa dalam beragama, tidak mudah benci kepada penganut agama lain dan selalu cinta damai dimana pun berada.


Baca juga:
Labels : #Kemenag ,#Moderasi Beragama ,#Nusantara ,#Opini ,#PKDP 2024 ,#UIN Sunan Kalijaga ,
Menunggu informasi...

Posting Komentar